Kamis, 22 September 2011

good bye brother...

Terjadi lagi.
Hal yang dulu pernah aku alami dan membuatku ketakutan akan mengalaminya lagi, justru sedang ku alami saat ini. Bisakah aku meminta agar ini tidak terjadi? Yah, tidak perlu di jawab. Aku tau tidak akan bisa.

Maaf.
Hanya itu kata yang sering keluar dari mulutku untuk menggambarkan perasaanku saat ini. Maaf, aku menyusahkan mu. Maaf, aku membuatmu bingung. Maaf, aku menjadikan hidupmu tidak nyaman untuk kamu jalani. Maaf, aku memilih untuk mengalah (lagi). Maaf, aku mengeluh padamu. Dan, maaf aku selalu menangis.

Terima Kasih.
Sebenarnya aku ingin mengatakan banyak terima kasih padamu. Tapi aku takut. Lagi-lagi aku merasa takut. Takut bahwa ucapan terima kasih menjadi sebuah simbol perpisahan. Terima kasih telah menjadi teman ceritaku, terima kasih telah menjadi seorang kakak yang baik, terima kasih telah mau menerimaku sebagai orang terdekatmu, terima kasih telah repot-repot memikirkanku, terima kasih telah berusaha menjada perasaanku, dan terima kasih telah bersikap baik terhadapku. Aku sangat menghargainya.

Bolehkah aku mengatakan sesuatu? Ya, tentu saja boleh. Siapa sih yang akan membacanya kecuali aku? Aku berharap kamu tidak membacanya. Tapi jauh didalam sini, aku ingin kamu membacanya. Aku egois kan? Maaf (lagi).

Aku takut. Takut kehilangan sseorang yang bisa aku andalkan. Takut ketika aku membutuhkan mu, ternyata kamu sudah tidak lagi berdiri dibelakangku. Takut ketika aku hanya berdiam diri melihatmu berjalan menjauh, kamu akan benar-benar pergi. Takut ketika aku ingin menangis, tidak ada lagi yang akan dengan suka rela mendengarkan suara tangisanku selama beberapa waktu kedepan. Takut ... terlalu banyak ketakutan yang aku rasakan. Aku rasa aku tidak akan sanggup menuliskannya semua disini. Semuanya berlomba untuk keluar dari otakku, berdesak-desakkan, membuatku tidak bisa memikirkan hal lain selain ini.

oke cukup. Aku terdengar begitu menyedihkan sekarang. Memang. Buat apa ditutup-tutupi? Terserah orang mau bilang apa. Aku bukan wonder woman yang bisa kuat menghadapi apapun. Sebodo amat kalo memang orang mengatakan aku menyedihkan.

Tulisan ini bukan buat seseorang yang aku sukai, bukan buat seorang pacar, bukan buat seorang teman.

Tulisan ini buat seseorang yang telah bersedia menjadi kakakku... :)

Selamat hari Jum'at :)

Selasa, 26 Juli 2011

that's what i feel ..

hey, jangan bertengkar!

aku memperhatikan tingkah dua malaikat yang sedang saling tarik-menarik jubah. yang satu sesekali mengarahkan tongkat emas berkilauannya ke arah lawannya. yang satu lagi berusaha menarik lepas jubah lawannya sambil menangkis serangan-serangan yang ada. aku geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. seharusnya yang mereka lakukan adalah menenangkanku yang sedang berkutat dengan pikiran-pikiranku saat ini. tapi yang mereka lalukan justru membuat pikiranku makin penuh dengan tingkah mereka.

hey, tolong. aku sudah mulai pusing dan sulit bernafas. berhentilah sebentar, dan bantu aku berpikir!

aku berhasil membuat mereka menoleh ke arahku. posisi mereka membuatku tidak nyaman melihatnya. kamu, jatuhkan tongkatmu sekarang. dan kamu, lepaskan tanganmu dari jubahnya. mereka berdua menurut. masing-masing melempar pandangan sengit sambil memberi isarat lewat mimik muka. sepertinya setelah ini, mereka berniat untuk meneruskannya.

duduk lah. aku ingin bercerita pada kalian. aku harap aku melakukan hal yang benar.

aku memulai dengan satu kalimat. apa yang harus aku lakukan?

mereka berdua saling pandang. aku balas menatap mereka bergantian. apa? kalian tau kan apa yang aku pikirkan? apa aku perlu menjabarkannya lagi? semua sudah jelas di mata kalian. sekarang bantulah aku berpikir, bagaimana seharusnya aku?

aku rasa kamu harus segera menjaga jarak dengannya. aku menatap malaikat 1 yang berbicara. aku diam. aku tau pasti akan ada kalimat seperti itu dari salah satu malaikat yang duduk di depanku sekarang. tapi..

aku tau, bukan itu yang kamu inginkan. pandangan ku beralih pada malaikat 2 yang sekarang menekuk kakinya di depan dada. dia memperhatikan lututnya yang sama sekali tidak menarik.

ya, aku terjebak pada dua pilihan. id ku bilang, aku ingin terus bersama dengannya. tapi superego ku bilang, jangan teruskan ini. apa kalian bisa memberi tauku hal yang belum aku tau? aku paham yang kalian katakan, sekarang tinggal bantu aku buat keputusan. itu saja. aku mohon.

mereka berdua diam. aku merasakan pipiku basah.

Sabtu, 07 Mei 2011

when we're younger :D


siapa yang tau kita akan bertemu siapa.
siapa yang tau kita akan tertawa bersama siapa.
siapa yang tau kita sebuah pertemuan akan menjadi sebuah persahabatan. . .

kemarin ga sengaja aku melihat album foto-soft copy-SMA. ternyata masa SMA ku udah berlalu 3 tahun yang lalu. padahal aku merasa baru saja meninggalkan bangku tempat aku dan tiga orang ini duduk dan menghabiskan masa remaja kita disana.

aku ga pernah memilih mereka buat jadi orang-orang yang aku percaya untuk mendengar segala ceritaku, menghapus air mataku, tertawa bersamaku dan memikul beban ku. begitu pula aku.

tangan yang pake jam itu, tangan nya Ade. dia dancer. keliatan kan? tangan nya keceng, karna sering ngedance.
yang pake jam-lebih mirip gelang-hijau itu, tangannya juli. dari kekernya aja udah keliatan kalo itu tangan atlit. tiap hari kerjaannya ngelempar bola ke dalem ring. gimana ga keker? :D.
yang megang tangan juli itu, tangannya wulan-nyem. keliatan tuh tangan ga pernah ngapa-ngapain. makanya melihara kuku mak lampir kayak gitu.
tangan yang kurus itu jelas tanganku. sampe nonjol-nonjol gitu tulangnya. kebanyakan nulis naskah dan kurang makan. alasan yang pertama ngaco. :D
tangan-tangan itu yang tidak sengaja 'terikat' satu sama lain. seperti gambar itu, seperti itulah kami. saling membutuhkan satu sama lain untuk menopang lainnya.






gambar ini fiktif kok. ini ga mungkin banget terjadi. kecuali waktu les.

Jumat, 22 April 2011

Dear Tuhan,

Dear Tuhan,.

Tuhan, sejak kecil aku slalu di ajari untuk memanjatkan doa-doa ku padamu,
mereka semua bilang kalau Tuhan akan mengabulkan doa-doa ku bila aku menjadi anak baik..
Tuhan, apa di mata mu aku sudah menjadi anak yang baik? beri tau aku, karena aku tidak tau yang baik itu yang seperti apa bagi Mu..
Tuhan, jika aku sudah menjadi anak baik, beri tau aku. aku ingin memohon sesuatu padaMu untuk Kau kabulkan..
Tuhan, permohonan ku tidak banyak. hanya satu. aku harap Kau tidak keberatan untuk mengabulkannya..
Tuhan, andai surat ini bisa benar-benar sampai kepadamu, aku ingin kau mendengar doa ku ini..

aku hanya ingin bahagia. itu saja.


Sabtu, 26 Maret 2011

jangan sampai aku tersesat

bisa tolong aku?

aku tidak mau tersesat. kamu tidak perlu repot-repot menunjukkan jalan keluarnya. aku cuma butuh kamu jangan mengajakku ke tempat lain selain jalan yang ingin aku tuju. semenarik apapun tempat itu, abaikan aku dan pergilah sendiri. aku sedang sibuk mencari jalan keluar. di sini sangat gelap dan lembab, membuatku kesulitan bernapas. aku berharap aku bisa cepat keluar dari tempat ini.

jadi bisakah kamu bergeser sedikit dan memberiku jalan untuk meneruskan kembali pencarian jalan keluar dari tempat ini? baik, terima kasih.

hei, aku baru saja berlajan beberapa langkah, kenapa kamu menghadang ku lagi? kamu terus menceritakan betapa menariknya tempat yang kamu temukan. aku sudah mengatakan padamu untuk mengabaikan ku kan? aku tidak akan ikut kemana kamu pergi, sekalipun aku ingin. lihat, kamu bersayap dan aku tidak. kamu tau artinya? kita berbeda. ya, kita mungkin punya tujuan yang sama, tapi jalan yang kita lalui tidak akan sama. jadi tetaplah berjalan di jalanmu, dan aku juga akan tetap mencari jalan keluarku sendiri. paham? oke, terima kasih.

hah! kamu ini sebenarnya mendengarkan kata-kata ku atau tidak? kamu tidak lihat aku sedang berusaha keras membaca peta ini-karna aku buta arah mata angin. kamu selalu mengacaukan pikiranku saat aku berusaha mencari dimana sekarang aku berdiri. kamu bisa mencari orang lain untuk kamu ajak ke tempat yang kamu temukan itu. jangan berusaha membuatku berubah pikiran. aku sudah mencoba mencari jalan keluar ini terlalu jauh. akan sangat sia-sia jika aku ternyata memilih untuk mengikuti mu. pergilah! dan jangan kembali!

jangan sampai ketika aku menoleh ke belakang, aku menemukan sosok mu sedang berjalan di belakang ku. baiklah, aku rasa sebentar lagi aku akan menemukan jalan keluar dari tempat ini. aku sudah tidak kuat lagi, tempat ini begitu menyesakkan dan membuatku tidak nyaman. aku melihat setitik cahaya di depan. kecil sekali. tapi bagi ku itu sebuah mukjizat. hei, aku bisa menemukan jalan keluarnya walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar! akan ku coba berlari untuk mencari titik terang yang lebih besar.

dan, astaga! bisa kah kau tidak menghalangi sinar itu?! aku memang memintamu untuk tidak mengikutiku di belakang, tapi bukan berarti kamu boleh menungguku di pintu keluar ini kan?!

analogi

Selasa, 22 Maret 2011

Past and present

kamu tau? aku sangat menyedihkan saat ini. ya, benar. setelah kamu meninggalkanku, aku menjadi wanita yang sangat menyedihkan. bahkan ketika aku bercermin pun, nilai yang kuberikan untuk diriku sendiri adalah nol. nol besar.

aku selalu mendengarkan barisan lagu-lagu sedih yang menggambarkan bagaimana perasaanku, apa yang aku rasakan saat ini. aku selalu ingin menangis walaupun air mataku tidak lagi menetes. aku menangis dalam hati, kalau kamu mau tau. aku ke sana kemari mencari kesibukan, membuat mu tidak punya kesempatan untuk masuk ke dalam pikiranku walaupun aku ingin. bahkan ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk itu, id ku masih saja tidak ingin kalah dan berontak untuk sedikit lagi mencicipi manis nya aku saat aku memikirkanmu.

ya, memang. aku begitu manis ketika dulu bersamamu. kamu tidak percaya?
aku menjadi begitu rajin membersihkan kos ku-karna kamu akan datang setiap hari ke sini,
aku memasak-ya Tuhan, bahkan ibuku sendiri bilang bahwa ketika mengandungku ia tidak mau menginjakkan kakinya di dapur,
aku penurut-siapapun tidak akan setuju jika melihat sikap ku yang sangat patuh,
aku sangat penyabar-semua orang yang menjadi temanku mengatakan bahwa aku emosional
aku tersenyum-kebanyakan orang akan menyarankan aku untuk lebih banyak tersenyum

dan masih banyak hal manis yang terjadi padaku saat aku bersama mu.

sedangkan saat ini, bagi ku ini titik paling menyedihkan dalam hidupku. aku bersahabat dengan lagu-lagu patah hati yang sekali dengarpun orang akan tau bahwa itu yang aku rasakan. sepertinya ada tulisan besar dan tebal di jidat ku 'AKU PATAH HATI'. bahkan saat menulis ini pun, aku merasa belum rela bahwa aku harus mencap diriku sedang patah hati. aku masih berharap bahwa semua ini mimpi, mimpi yang terlalu nyata untukku.

aku butuh kamu. aku cuma mau kamu. bukan yang lain. aku tau ini naif. tapi itu yang aku rasakan. aku paham bahwa aku tidak bisa terus begini. tapi kadang ada perasaan bahwa aku ingin menikmatinya sebentar lagi. sedikit lagi. sebelum aku benar-benar tidak akan merasakannya lagi. satu hal yang aku sesali. saat terkahir kali kita bertemu, aku tidak menyempatkan untuk mengingat semua yang ada pada mu. senyum mu, wajah sedih mu, rambut mu, setiap lekukan wajahmu, hangat tanganmu dan semua yang ada padamu. semuanya aku suka. sangat suka.

aku selalu bergelung untuk menghilangkan rasa ini, tapi aku justru makin tenggelam dan tidak bisa keluar. apa yang harus aku lakukan? di satu sisi aku tidak inign kamu menghilang dari pikiranku, di sisi lain aku ingin semuanya tidak usah pernah terjadi sekalian dalam hidupku. aku sangat tersiksa dengan perasaan ini, kalau kamu mau tau.

aku sangat tersiksa karna mu. kadang aku ingin kamu merasa bersalah seumur hidupmu karna melakukan ini padaku, aku ingin kamu ingat padaku. aku tidak tau lagi harus menuliskan apa sekarang. aku bingung. aku bingung apa saja yang aku rasakan. begitu banyak yang aku rasakan. kembalikan perasaanku 5 bulan yang lalu. kembalikan semuanya. aku ingin mengulangnya sekali lagi, dan sebisa mungkin aku merubah masa sekarang ini. aku tidak mau menjadi menyedihkan seperti sekarang ini.

aku tidak mau.

Sabtu, 12 Februari 2011

nasib sial (-_-")

Aku duduk sendirian sambil celingak-celinguk. Untuk kesekian kali nya aku melihat jam. Setengah 4 sore. Aku mendengus kesal. Kata mereka harus berada di depan Mirota Kampus jam setengah 3. Ini sih sudah lewat satu jam dari waktu yang di tentukan. Aku memperhatikan barang bawaan ku. Dua kardus, dua tas tangan, dan satu tas travel. Untuk ukuran bawaan satu orang, ini memang agak kelawatan. Habis mau bagaimana lagi, orang-orang rumah banyak titipannya.


Aku segera berdiri ketika melihat sebuah bis malam berwarna ungu melintas di depan ku. Akhirnya datang juga. Lho, lho. Kok berhenti nya jauh sekali? Ya ampun, aku harus membawa barang segini banyak sendirian ke sana? Yang benar saja. Aku celingukan mencari kondekturnya. Aku melambaikan tangan saat kondektur itu menoleh ke arah ku dan memberi isarat agar dia membantu ku membawakan barang. Tapi dia malah pura-pura tidak lihat. Awas kau nanti, umpat ku dalam hati. Akhirnya, mau tidak mau, aku membawanya sendiri.

Dua tas tangan aku sampirkan di bahu kiri dan kanan, tas travel dan satu kardus yang lebih ringan kubawa dengan satu tangan. Kardus yang lebih berat kubawa dengan satu tangan. Duh, orang-orang memperhatikan ku. Aku merasa lebih mirip kuli panggul dari pada penumpang.


“Sini mbak, saya bantu,” kata kondektur bis itu begitu aku sampai disana.


Aku mencibir. “Kalau mau bantu dari sana dong mas,” kata ku kesal. Aku melemaskan otot-otot setelah semua barang ku masuk bagasi, kecuali tas tangan ku tentu saja. Begitu aku naik ke bis, aku mendapatkan seorang ibu-ibu tua dan gemuk duduk dengan nyamannya di kursi ku. Dari perawakannya, kelihatan sekali orang Bali asli. Lihat saja tas nya, ya ampun, ini kan yang biasa di pakai ke pasar?


Aku tersenyum dan mengangguk ketika ibu itu menatapku. Berharap supaya dia merasa sedang menduduki kursi ku. Tapi dia malah balas tersenyum kemudian menatap kedepan. Aku mendengus. Aku duduk di sebelah nya. Siapa tau sebenarnya kursi nya yang ku duduki ini, jadi dia akan sadar kalau dia salah kursi.


“Ehem,” aku bedeham sambil melirik nya. Dia masih asik memperhatikan jalan. Ibu ini kayak nya pura-pura tidak tau deh. Ya sudah lah. Relakan saja. Sebenarnya aku lebih suka duduk didekat jendela, karena bisa tidur bersandar di jendela. Lagipula aku tidak akan terganggu kalau ada orang mau keluar masuk. Aku tidak suka tidur ku di ganggu. Dan kursi itu sudah sengaja ku pesan sebulan yang lalu agar tidak kehabisan.


Aku mengambil posisi nyaman untuk tidur. Semoga saja ibu ini tidak rewel dan mengajakku bicara. Aku paling tidak bisa tidak tidur didalam bis. Tiba-tiba aku mencium sesuatu. Hm, hm. Bau ini. Bau yang sangat ku benci. Minyak telon. Aku membuka mata dan melirik ke sebelah. Dan benar saja, ibu itu sedang menggosokan minyak ke sekitar dahi dan leher nya. Duh, ini yang aku takutkan kalau duduk dengan ibu-ibu tua. Bau nya khas bikin mulas.


“Mau gek?” kata nya sambil menyodorkan minyak itu.


Aku berkerut. “Tidak. Terima kasih.” Aku kembali memejamkan mata. Tahan saja, batinku. Baru aku menikmati detik-detik nyaman akan tertidur, ibu disebelahku bersuara lagi.


“Mau kemana gek?”


Mata ku masih terpejam. Di bicara pada ku? Kalau iya, aku pura-pura tidak dengar saja deh. Anggap saja aku sudah tidur. Tiba-tiba aku merasa lenganku disenggol. Sabar. Aku membuka mata dan tersenyum. Dia mengulangi pertanyaan nya.


“Saya ke Denpasar, Ibu kemana?” Tanya ku basa-basi.


“Tabanan,” aku mengangguk dan tersenyum. Dalam hati aku bersyukur dia akan turun lebih dulu nanti. Aku berpura-pura menguap lalu mengambil posisi tidur lagi. Berharap dia mengerti kalau aku tidak mau di ganggu. Tiba-tiba ibu itu bersendawa keras sekali. Dia tertawa sendiri. Mungkin menertawakan dirinya yang tidak bisa mengontrol sikap. Aku pura-pura tidak dengar saja. Aku kan sedang tidur.


Dan ternyata perjalanan kali ini tidak seperti yang kuharapkan. Sepanjang perjalanan ibu itu terus mengoceh dengan logat Bali kental. Entah bicara pada pak supir, kondektur bahkan sesekali menyenggolku minta pendapat. Dan aku menahan sakit kepala karena tidak bisa tidur tenang sepanjang perjalanan. Apalagi kalau bukan karena suara nyaring dan bau minyak telon yang terus ditambah setiap jam nya. Anggap saja aku sedang tidak beruntung kali ini.

Pengikut

Mengenai Saya

Denpasar, Bali, Indonesia
novelis beken n best seller. ada yang mau protes??