Bagi yang belum kenal sama kalimat di atas, mari saya jelaskan.
kalimat itu adalah judul sebuah novel karya ORIZUKA, pengarang favoritku. ceritanya keren banget. aku ga bisa menemukan kata-kata yang tepet untuk menggambarkannya. yang jelas berkali-kali aku menangis saat membaca lembar demi lembar novel yang dia tulis. entah kapan aku bisa membuat karya sekeren itu.
novel ini menceritakan tentang kisah seorang cowok yang mengidap HIV positif. Dia hidup dalam kebencian, kesendirian dan kesepian. bukan karena apa-apa. Dia hanya ingin melindungi orang-orang disekitarnya dari virus yang menjalar ganas ditubuhnya. Dia tidak ingin banyak orang yang menangisinya ketika ia mati nanti. Dia tidak ingin membentuk sebuah hubungan baru yang sudah pasti-cepat atau lambat-akan berpisah lagi.
Sampai seorang gadis desa datang membawa keceriaan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Dia sangat ingin mencicipi sedikit saja kebahagiaan itu setelah sekian lama tidak merasakan dari orang-orang yang disayanginya. Bagaimanapun ia berusaha menjauhi gadis ini, entah magnet apa yang dipakainya, dia tidak bisa menjauh dari si gadis. Dia selalu mendapati dirinya melewati batas yang ia bikin sendiri.
Segala kebohongan dia ungkapkan untuk menjauhkan gadis ini dari hidupnya. Bukan membuat si gadis makin menjauh, justru makin mendekat. Ia tidak habis pikir.
Sisanya baca sendiri ya. .
Yang jelas novel ini keren banget. Aku bisa mengambil hikmah dari novel ini. Bahwa orang yang di vonis hif positif bukan berarti segala sesuatu yang ada di hidupnya ikut berakhir. Cepat atau lambat semua orang pasti mati. Vonis hidup 10 tahun bagi pengidap HIV belum tentu terjadi. Siapa yang tau kalau ternyata besok Tuhan sudah menggariskan kalau kita harus menghadapnya? Siapa yang tau kalau ternyata justru orang yang sehat wal afiat lebih dulu pergi dari pada orang yang baru kemarin di vonis HIV?
Tidak ada yang tau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar