Kamis, 06 Januari 2011

jangan buat aku bimbang.

Hei, Jabrik.

hari ini aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. surat ini sudah aku tulis sejak beberapa minggu yang lalu. tepat satu haru setelah 'hari itu'. tapi surat ini hanya aku tulis sekedar untuk melegakan perasaan yang menyesakkanku. aku berharap dengan menulis apa yang aku rasa, maka sedikit demi sedikit gumpalan menyesakkan ini akan mencair.

dan hari ini, hujan berbisik padaku. "katakan saja apa yang kamu rasa, maka bulir-bulir ku akan melumuri setiap kata yang kamu ucapkan dan setiap bulir-bulirku terpercik kerasnya, permukaan bumi maka pesan yang kamu titipkan pada bulirku akan berbaur dengan bulir-bulir lainnya menjadi genangan di pinggir jalan. bukankah kamu paham, bahwa genangan air itu sebenarnya jangan dihindari karena akan ada orang lain yang melewatinya dan kamu tetap akan terpercik. jika kamu tidak punya pilihan lain selain melewatinya, maka berhati-hatilah agar kamu tidak terpercik. begitupula dengan perasaanmu, jangan menghindarinya dan berhati-hatilah jika kamu merasakannya.

dan ini pesan yang aku ingin sampaikan kepadamu, berminggu-minggu yang lalu.

"Ngerasa ada sesuatu yang hilang,"


sepotong kalimat itu sangat berpengaruh bagiku. bahkan sebelum kamu mengatakannya, aku telah lebih dulu merasakannya. ambilah sikap. jika kamu sudah memutuskan untuk mundur, maka mundurlah dengan teratur. lakukan dengan gentleman. kamu seorang yang sudah dewasa kan? jadi jangan goyah. juga jangan goyahkan aku dengan kalimat itu. aku mohon. aku sudah berusaha berenang ke seberang lautan, jadi jangan lagi berteriak memintaku menepi.

aku sudah berusaha menghargai apa yang kamu rasa, jadi tolong hargailah apa yang aku rasakan. jangan datang saat kamu butuh saja. karena aku butuh kamu setiap saat. hanya ada dua jalan. datanglah padaku setiap saat, atau jangan datang sama sekali. dan aku harap kamu memilih yang kedua. aku sudah menata ulang kembali apa yang kemarin hancur. aku tidak punya cadangan tenaga lagi untuk mengambil resiko akan hancur kedua kalinya. jadi lebih baik aku yang menjaga jarak.

tapi aku berterima kasih padamu. karna kamu, aku punya sosok inspirasi untuk menulis. karna kamu, aku bisa mengolah kata-kata sederhana menjadi sebuah rentetan kata-kata dari dalam hati yang tidak seorang pun bisa melukiskannya. terima kasih. terima kasih untuk semuanya. terima kasih untuk waktu yang kamu sisihkan untukku. terima kasih untuk mimpi indah selama tiga bulan yang lalu. terima kasih telah membuatku merasakannya. terima kasih telah mengijinkan aku masuk kedalam hidupmu walau hanya sesaat. terima kasih untuk semuanya.

aku tidak akan menangis dan menyesal mengapa semua itu berakhir, tapi aku akan tersenyum dan bahagia karena semua itu pernah terjadi dalam hidupku.


thursday, January, 6 2011
21.56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Mengenai Saya

Denpasar, Bali, Indonesia
novelis beken n best seller. ada yang mau protes??